Oct 30, 2007

Ketika Hidup Rasulullah berakhir.....







Kiamat memang sudah dekat, begitu banyak bermunculan orang-orang yang tidak waras yang mendakwakan dirinya sebagai nabi dan rasul. Sungguh itu merupakan sebuah kemunkaran yang nyata.

Berikut adalah sepenggal cerita bagaimana orang mulia, Kekasih Allah, manusia termulia dimuka bumi yang menerima risalah kerasulan terakhir sebagai Rahmat bagi Alam bagi yang berpegang pada wasiatnya yaitu Al Quran dan Al Hadist.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan
Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun
enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita
semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa
mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku,
akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap
sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar
dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.

Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat
itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu
semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik
berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia

Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak
ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas
langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?"

Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata Jibril Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega,
matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya
Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga
kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu
itu. " Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,karena sakit yang tak
tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa
maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan
sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni
orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa
baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya
agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan
Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
---------------------------------------------------------------------------------



No comments:

About Me

My photo
I'm from South Borneo Indonesia. Like blogging cause for fun share my though, share joyness and earn some money if luck
 
Azeweb the river city adbrite lovers ads space market i wanna get free blog banua kampung halaman

Copyright© 2007 Blogger Banua Banjar by azmiel. Banjarmasin Southern Borneo Indonesia