Jan 18, 2008

Work Because You Want To! Not Because You Have To!

Oleh Lisa Nuryanti
Motivator dan Pemerhati Kepribadian







Ketika Firman mendengar bahawa dia diterima di salah satu perusahaan besar di Jakarta, dia bagaikan kejatuhan bulan. Semangatnya tinggi menggebu-gebu. Kepada semua orang dia menceritakan hal ini. Sungguh hal yang luar biasa baginya.

Tadinya dia merasa kecil melihat begitu banyaknya saingan yang mengikuti seleksi penerimaan karyawan. Mereka semua tampaknya hebat dan banyak yang sudah berpengalaman kerja lebih dari lima tahun, sedangkan Firman baru memiliki pengalaman setahun lebih.

Hari pertama masuk kerja, dia datang 40 menit lebih awal. Luar biasa! Dia akan mulai bekerja di bagian personalia. Mulailah Firman meniti karirnya. Minggu kedua, kantor mengadakan acara rapat kerja bagian personalia yang diadakan tiap tiga bulan.

Setiap tiga bulan bagian personalia harus melakukan proses penerimaan karyawan baru, karena pertukaran karyawan sangat tinggi terutama di bagian penjualan. Proses ini meliputi pemasangan iklan, proses seleksi calon karyawan secara tertulis, wawancara kerja, evaluasi, penerimaan, proses pendidikan karyawan baru dan sebagainya.

Firman mulai bekerja sekitar pukul tujuh tiga puluh dan selesai pukul delapan malam, tapi rasanya pekerjaannya tidak pernah selesai. Bulan kedua bekerja dia jatuh sakit selama dua hari.

Bulan ketiga dia hampir sakit lagi, untung tidak parah. Bulan kelima dia sudah merasa kelelahan. Firman merasa sudah bekerja mati-matian tapi hasilnya tidak ada. Sia-sia. Dia pun mulai putus asa.

Dalam keadaan seperti itu dia kemudian ingat Indra. Indra adalah temannya sejak kecil. Waktu kecil Indra sangat gemuk sehingga tidak bisa lari cepat. Ketika remaja, Indra masih sangat gemuk dan semakin tidak kuat berlari.

Suatu hari Indra ditantang oleh guru olahraganya untuk mengikuti grup lari marathon karena mereka masih kekurangan orang. Semua orang mencegah Indra, semua orang mengatakan bahwa dia bukan calon pelari marathon yang baik.

Tapi Indra merasa tertantang. Dia ingin membuktikan bahwa pandangan teman-temannya salah. Dia senang dan bersemangat mengikuti latihan. Apalagi guru olahraganya bersedia memberikan latihan tambahan khusus untuk membantunya. Indra mulai menjalani latihan. Ternyata tidak mudah. Dia harus berlatih setiap pagi sebelum sekolah dan malam hari. Pertama kali latihan lari seluruh badannya sakit dan keesokan harinya hampir tidak bisa berjalan. Untuk jalan sakit, duduk sakit, bergerak sedikit sakit. Benar-benar menderita.

Tapi setelah beberapa bulan Indra tidak lagi seperti itu. Ototnya mulai semakin kuat. Napasnya semakin panjang. Lemak ditubuhnya juga berkurang jauh. Empat setengah tahun kemudian dia menjadi pelari marathon yang tangguh.

Mulai menikmati

Semangat Firman yang mulai kendor segera meningkat lagi ketika dia ingat tentang perjuangan Indra. Segera dia menetapkan hatinya lagi untuk melatih dirinya. Dia sadar bahwa tujuannya bekerja adalah untuk meniti karir, bukan untuk santai atau bekerja malas-malasan.

Berbulan-bulan dia membiasakan dirinya untuk tetap mulai bekerja pukul tujuh tiga puluh pagi dan pulang pukul delapan malam. Dia tidak main-main dengan waktu. Orang lain pulang malam karena menunggu agar jalanan tidak macet lagi sehingga mereka menunggu sambil ngrumpi, atau bergosip.

Tapi Firman pulang malam karena bekerja. Lama kelamaan cara kerjanya tidak lagi terasa berat. Dia mulai menikmatinya. Semua orang menjulukinya sebagai setan kerja, tapi Firman tetap dengan kebiasaan kerjanya. Dia merasakan staminanya meningkat. Dia tidak sering sakit lagi seperti dulu.

Untunglah Indra membantu memberikan nasehat agar tidak meninggalkan olah raga. Setiap Sabtu dan Minggu, Firman ikut Indra ke Gelora Senayan untuk ikut lari pagi. Memang sekarang Indra bukan lagi pelari marathon karena sudah bekerja. Tapi setiap pagi dia masih melakukan kebiasaannya lari pagi selama satu jam sebelum berangkat ke kantor.

Dua bulan yang lalu Firman dipromosikan sebagai junior manager. Firman berniat tidak akan mengubah kebiasaan kerjanya. Dia ingin memberi contoh kepada semua orang terutama kepada karyawan baru bahwa bekerja lebih giat pasti ada hasilnya.

Bahkan sekarang sudah ada empat orang yang mulai mengikuti jejaknya dan dapat merasakan kepuasan bekerja mereka meningkat.

Firman berhasil membuktikan pada dirinya bahwa jika memiliki niat dan melakukannya, maka akan terasa lebih ringan dan lebih mudah, dibandingkan dengan bekerja karena terpaksa.

Beberapa orang yang malas berkata bahwa meskipun rajin, toh gajinya tidak naik. Tapi Firman tidak mau menanggapinya. Dia yakin bahwa jerih payahnya tidak akan sia-sia. Mungkin untuk suatu saat tertentu kelihatannya seakan-akan tidak ada gunanya, tapi dia memiliki pandangan bahwa kerajinannya tidak ditentukan oleh besarnya gaji. Dia rajin karena ingin rajin. Titik!

Firman tidak mau keadaan mengaturnya sehingga dia kehilangan kebiasaan baiknya. Tidak peduli apapun yang terjadi, apakah ada atasan atau tidak, dia tetap rajin. Tidak peduli apakah ada kenaikan gaji atau tidak, dia tetap rajin. Kerajinannya ditentukan oleh dirinya sendiri. Be Professional! Work Because You Want To! Not Because You Have To!

No comments:

About Me

My photo
I'm from South Borneo Indonesia. Like blogging cause for fun share my though, share joyness and earn some money if luck
 
Azeweb the river city adbrite lovers ads space market i wanna get free blog banua kampung halaman

Copyright© 2007 Blogger Banua Banjar by azmiel. Banjarmasin Southern Borneo Indonesia